The Butterfly Effect : Virus Korona

The Butterfly Effect : Virus Korona

SumoQQLounge The Butterfly Effect : Virus Korona Pernah menggunakan ramalan cuaca gan? Sehari-hari, ane menggunakan ramalan cuaca untuk memperkirakan waktu yang tepat untuk menjemur baju dan merencanakan perjalanan

Tapi apakah ramalan cuaca benar-benar bisa dipercaya?
Faktanya, ramalan cuaca sering kali berubah. Jika aku melihat ramalan cuaca bahwa sore ini akan terjadi hujan, bisa saja jika aku melihatnya lagi nanti siang, tiba-tiba ramalan berubah menjadi sebaliknya.

Dengan perhitungan, kita bisa memprediksi secara pasti datangnya Komet Halley puluhan tahun ke depan.
Memprediksi gerhana ratusan tahun ke depan.
Juga memprediksi pergerakan tata surya kita hingga ribuan tahun ke depan.

Tapi cuaca?
Kita bahkan tidak bisa memastikan apa yang akan terjadi dalam beberapa jam ke depan.

Pergerakan benda angkasa yang ratusan juta kilometer, atau bahkan tahunan cahaya jauhnya, bisa kita prediksi secara pasti. Sedangkan cuaca, yang terjadi di lapisan yang sama dengan atmosfer yang udaranya kita hirup, di lapisan yang sama dengan tempat kita hidup sehari-hari, masih menjadi teka teki. Bagaimana bisa?

Baik pergerakan planet maupun cuaca di masa mendatang, semuanya bergantung pada “initial condition” atau kondisi awal. Tapi untuk memperkirakan posisi komet atau planet di masa mendatang, membutuhkan variabel yang tidak banyak. Posisi, kecepatan, dan letak pusat massa, sudah cukup untuk memprediksinya.

The Butterfly Effect Sedangkan untuk memperkirakan cuaca secara akurat?
Mmmmm, kita perlu mengetahui kondisi dari setiap molekul udara yang ada di atmosfer bumi, bagaimana molekul tersebut berinteraksi satu sama lain, dan bagaimana itu semua akan mempengaruhi satu sama lain.

Karena itu, sangatlah tidak mungkin untuk memprediksi cuaca lebih dari seminggu ke depan
Faktanya, menganggap cuaca di minggu depan akan sama dengan cuaca pada tanggal yang sama di tahun lalu, bisa lebih akurat daripada prediksi berdasarkan initial condition yang kita ketahui sekarang

Pada tahun 1960, seorang ahli meteorologi bernama Ed Lorentz mencoba membuat sebuah simulasi sederhana atmosfer bumi pada komputernya. Dia memasukkan 12 rumus dan 12 variabel, seperti temperatur, kelembaban, tekanan udara, pergerakan, dll. Simulasi tersebut menggambarkan perubahan variabel tersebut dari waktu ke waktu, diprint dalam sebuah tabel yang tiap langkah waktu mengandung 12 kolom variabel.

Setelah itu Lorentz mencoba mengulangi simulasinya kembali untuk yang ke dua kali. Namun kali ini, supaya lebih cepat, sebagian variabel awal dia masukkan secara manual. Saat sedang menjalankan simulasinya, dia pergi sebentar untuk membuat secangkir kopi, dan ketika dia kembali untuk melihat hasilnya, dia terpaku.

Hasil ke dua ini pada awalnya mirip dengan hasil pertama, namun semakin lama menghasilkan angka yang sangat jauh berbeda. Keduanya menggambarkan kondisi atmosfer yang sangat berbeda, alias cuaca yang jauh berbeda. Pikiran yang pertama muncul di kepala Lorentz saat itu, mungkin terdapat kesalahan pada komputernya, atau data yang diinputnya. Namun sebenarnya tidak.

Alasan sebenarnya adalah karena data yang dia print hanya memprint 3 angka di belakang koma,

Sedangkan pada simulasi yang pertama komputer menghitung dengan 6 angka di belakang koma.

Maka ketika dia memasukkan kondisi awal dari printer tadi, terdapat perbedaan kurang dari 0,001. Namun perbedaan itu menghasilkan cuaca yang sangat jauh berbeda hanya pada jangka waktu yang relatif singkat.

Setelah itu Lorentz mencoba menyederhanakan persamaannya dengan hanya memasukkan 3 variabel dengan 3 persamaan. Tapi ternyata, yang dia dapati sama saja. Jika dia mengubah angkanya bahkan sedikit saja, maka akan menghasilkan kondisi atmosfer yang jauh berbeda. Sekarang fenomena seperti itu dikenal sebagai sensitive dependence on initial condition. Inilah yang kemudian dikenal sebagai “The Butterfly effect” atau “The Chaos Theory”.

The Butterfly Effect ini sangat terkenal dalam budaya populer. Sangking populenya, di IMDB sendiri sekarang tercatat ada 65 film yang mengandung kata “Butterfly Effect” pada judulnya.

Sebuah contoh kecil dari butterfly effect adalah di pertandingan bola. Jika saja Segio Ramos digantikan pada final Liga Champions antara Madrid dan Dortmund, mungkin tidak akan ada yang mencetak gol di menit ke-94. Maka, dortmundlah yang menjadi juara. Jika itu terjadi, mungkin Lewandosi akan tetap bermain untuk dortmund, dan mungkin dortmund akan menarik banyak pemain hebat untuk bermain di liga jerman.

Sekitar satu abad yang lalu, seorang ilmuwan bernama Alexander Fleming meninggalkan labnya selama satu bulan untuk liburan.
Fleming adalah seorang ilmuwan yang sangat berantakan.
Selama liburan, di laboratoriumnya dia meninggalkan tumpukan cawan petri yang masih berisi bakteri staphylococci.

Ketika kembali dari liburan, dia mendapati bahwa terdapat satu cawan yang di dalamnya sedang berkembang bakteri yang baru. Yang, mungkin saja masuk ke sana melalui angin yang masuk dari jendela.
Fleming kemudian mengetahui bahwa bakteri yang berkembang tersebut adalah penicillium notatum, dan bakteri tersebut menghentikan perkembangan bakteri yang sudah ada sebelumnya, staphylococci.
Fleming bisa saja langsung mencuci cawannya dan membuang bakteri yang mengganggu keberadaan bakteri yang sudah ada tersebut.

The Butterfly Effect Namun, dia justru menelitinya, dan mengembangbiakkannya lebih banyak lagi.

Sejak saat itu, triliunan antibiotik telah diproduksi hingga saat ini.
Dan diperkirakan antibiotik yang ditemukannya sudah menyelamatkan hidup ratusan juta orang, lebih dari 200 juta

The-Butterfly-Effect

Berbicara mengenai butterfly effect, ada yang mengatakan bahwa satu kepakan sayap kupu-kupu di brazil dapat menyebabkan tornado di Texas.

Pada kenyataannya, sama sekali tidak terbukti bahwa satu kepakan sayap kupu-kupu dapat menyebabkan badai atau tornado di belahan bumi yang lain.

Kenyataannya, butterfly effect ditemukan oleh ahli meteorologi Edward Lorentz pada tahun 1969. Dia membuat sebuah model matematika untuk memprediksi jalur yang dilewati oleh tornado. Dia menyadari bahwa perubahan initial condition yang sangat kecil dapat merubah jalur tersebut secara drastis. Ketika simulasinya dia jalankan sebanyak ratusan kali, dia menyadari bahwa hasilnya akan terlihat seperti kupu-kupu.
Tapi contoh mengenai kepakan kupu-kupu tersebut dapat menjadi metafora yang cukup menggambarkan betapa dahsyatnya butterfly effect

Jika saja Fleming tidak meninggalkan cawannya, atau dia langsung membersihkan cawannya ketika terkontaminasi, maka tidak akan ada antibiotik. Kesalahan kecil, tindakan kecil, yang nampaknya sangatlah tidak berarti, bisa menyelamatkan ratusan juta jiwa. Inilah contoh dari butterfly effect yang sebenarnya.

Belum lagi jika ratusan juta orang yang diselamatkan tadi membuat butterfly effect mereka masing-masing. Keputusan kecil untuk tidak membuang cawan yang terkontaminasi, membawa sejarah ke arah yang jauh berbeda

Tiap keputusan kecil yang kamu buat sehari-hari, bisa saja menyebabkan efek yang luar biasa di masa depan.
Setiap hal kecil yang kamu lakukan, setiap tatapan terhadap seseorang, setiap kali kamu salah belok, setiap kali kamu menggunakan uangmu, setiap kali kamu menyapa seseorang, bisa saja menyebabkan sesuatu yang luar biasa di masa depan. Tapi mungkin kamu tidak akan pernah menyadarinya.

Mungkin kamu akan bilang bahwa aku lebay dengan mengatakan bahwa kamu bisa merubah dunia akibat salah belok. Sama sekali tidak.

The Butterfly Effect Itulah hal yang menyebabkan dua perang dunia yang kita pelajari di pelajaran sejarah.

Pada tanggal 28 Juni 1914, Archduke Franz Ferdinand makan siang di suatu warung makan di Sarajevo. Ketika meninggalkan warung makan tersebut, sopirnya salah belok, dan Ferdinand dibunuh oleh seorang pembunuh bernama Gavrilo Princip. Pembunuhan inilah yang menjadi awal dari perang dunia pertama, yang kemudian berlanjut menjadi perang dunia ke 2. Princip sudah merencanakan pembnuhan tersebut, dan sudah memperkirakan jalan yang akan dilewati oleh mobil Ferdinand untuk pulang.

Namun sebenarnya, dia salah menebak jalan. Jika saja sopir Ferdinand tidak salah belok, maka mobil Ferdinand tidak akan melewati jalan yang diperkirakan Princip, dan pembunuhan tersebut tidak akan pernah terjadi. Namun sayangnya, dia berbelok ke arah yang salah, dan membuat pembunuhan itu terjadi. Pembunuhan Franz Ferdinand menyebabkan efek domino terhadap politik dunia, yang menyebabkan perang dunia pertama.

Dibaca Juga : Posisi Sex yang Tepat Jika Kamu Ingin Pecah Perawan

SUMBER : AGEN POKER

ADMIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *