Gunung Everest Terancam Tinja Para Pendaki

Gunung Everest Terancam Tinja Para Pendaki

Kathmandu – gunung everest adalah yang tertinggi di dunia. Ribuan pendaki pernah buang air besar di sana. Membersihkan tinja mereka adalah perkara serius.

Dilansir kampungsumo.com, Jumat (3/5/2019), apa yang diakukan ketika pendaki gunung everest ingin buang air besar di Everest? Menggali lubang di salju adalah hal yang mustahil meski hal ini terjadi di beberapa kamp, jelas mantan pendaki dan insinyur, Garry Porter.


AGENPOKER Gunung Everest adalah yang paling tinggi di dunia di mana fasilitas umum sangat langka. Para pendaki didorong untuk menyimpan kotoran mereka di tas sekali pakai dan membawanya turun bersama mereka, jelas petualang Ben Fogle.

Di basecamp, otoritas dari Nepal telah memasang toilet portabel berbentuk tong atau drum berwarna biru. Menurut Fogle, aturan buang air besar di sana tidak mencampur urin dengan feses dan tong biru hanya untuk limbah padat manusia.

Begini Misteri dan Fakta Palung Mariana

Porter lokal dipekerjakan untuk memanggul tong biru turun dari basecamp Gunung Everest ke Gorak Shep. Ini adalah danau membeku yang berada di ketinggian 5.181 mdpl.

Gunung Everest Terancam
http://kampungsumo.com

Di sekitar Gorak Shep tinja dibuang di lubang terbuka. Akan tetapi, masalah terjadi, kotoran manusia tidak terurai pada ketinggian dengan suhu di bawah suhu nol derajat. Nah lho!

Sebaliknya tinja itu mengering atau semi kering, lalu melepaskan gas berbahaya, kata Garry. Tak berhenti di situ, tinja ini juga berpotensi merembes ke sistem pasokan air.

Untuk mengatasi masalah ini, Garry mulai mengerjakan proyek digester biogas (pengurai tinja dan gas) yang dapat beroperasi di iklim keras Everest. Setelah beroperasi, digester akan mengubah limbah manusia menjadi gas metana yang dapat digunakan untuk memasak atau penerangan, dan hasil akhir tinja yang berguna dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman.

Akan tetapi, mikroorganisme hidup dalam digester harus tetap hangat untuk memecah limbah. Garry dan timnya berencana menggunakan tenaga surya untuk memanaskan digester.

Para peneliti dari Universitas Seattle dan Kathmandu melakukan beberapa tes untuk melihat apakah teknologi itu berfungsi. pembangunan sekitar USD 500.000 .

ADMIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *