Malam Arwah – Hungry Ghost Festival

Malam Arwah – Hungry Ghost Festival

SumoQQLounge Malam Arwah Hungry Ghost Festival Tanggal 4 April 2020 menandai hari ke-15 pada bulan ke-7 dalam kalender Tionghoa (penanggalan lunar/imlek), atau disebut juga dengan Bulan Hantu. Di hari ke-15 ini, konon semua pintu neraka dibuka, dan para roh yang sudah meninggal akan keluar untuk mengunjungi bumi selama satu bulan penuh, serta mencari persembahan berupa makanan dan barang-barang.

Puncak dari kegiatan di bulan ini adalah Perayaan Hantu Lapar (Hungry Ghost Festival) di tanggal 15, di Indonesia sendiri lebih dikenal dengan sebutan sembahyang Cioko/Ceng Beng, atau sembahyang rebutan.

Selama bulan ini, etnis Tionghoa biasanya menyiapkan banyak makanan dan persembahan, seperti uang-uangan kertas dan barang-barang duniawi tiruan, untuk diberikan (dibakar) kepada para arwah tersebut.

Namun di antara para arwah tersebut, tidak sedikit juga arwah yang tidak punya keluarga ataupun kerabat, dan arwah yang mendapat karma akibat dari perbuatan buruk mereka selama hidup. Mereka (hantu lapar) menjadi hantu gentayangan, yang dipercaya bisa mencelakai manusia. 

Perkenalkan panggil saja aku Garry Ninawaty, dengan nama seperti lelaki aku cukup sering diolok dan dibully teman teman di sekolah maupun di kampus ku tetapi karena aku cuek dan ceria maka itu tidaklah pernah aku masukan ke hati untuk setiap jokes jokes setiap kali nama ku diteriakan oleh guru ataupun dosen pas absensi,

terlahir dan besar di kota plat KB yang nama kota nya sendiri diambil dari nama makhluk halus kuntilanak maka hal mistis seakan sudah menjadi sesuatu yang biasa bagiku. Menurut beberapa orang, aku terlahir dengan perawakan yang menarik, mata yang tajam dan tidak sipit (tidak seperti tipikal kebanyakan orang keturunan), rambut ku lurus dan panjang, dan tubuh langsing dan kulit kuning langsat yang saat ini mulai kecoklatan karena tugas lapangan yang mengharuskan ku menghabiskan banyak waktu dilapangan.

Terkadang, saat aku berjalan di keramaian aku dapat merasakan beberapa pasang mata lelaki yang mencuri pandang kearah ku.
Terlahir sebagai seorang warga keturunan, dengan separuh darah Bali sekaligus keturunan Tionghoa. Dalam diri ku mengalir darah Tionghoa dari leluhur Tionghoa dan darah Bali dari ibu kandung ku. 

Berbicara tentang Ceng Beng, aku cukup teringat cerita kakek ku yang seorang warga keturunan Tionghoa tulen, tidak campuran seperti ku yang sering dibilang kiau sen. Katanya, jika ada seseorang yang meninggal saat Ceng Beng, maka itu adalah berkah.

Setiap agama tentu memiliki ajaran sendiri mengenai hidup dan kehidupan di dunia akhirat, dan setiap etnis sepertinya juga memiliki keyakinannya sendiri tentang kehidupan setelah kematian.

Kakek saya lagi, pernah bermimpi bibi saya datang ke rumah nya dan menceritakan semua yang ia lakukan di sana. 

Percaya tidak percaya, tapi beberapa anggota keluarga ku yang sering kali bermimpi tentang leluhur atau anggota keluarga yang sudah meninggal, terutama saat hari raya akan tiba, seperti Ceng Beng ini. Aku pun sering bermimpi, tapi bukan hanya di saat Ceng Beng.

Masih segar dalam ingatan ku dimana pada waktu ku kecil ibu ku sering menceritakan beberapa pantangan yang tidak boleh kami lakukan saat bulan arwah

Spoiler for Pantangan di waktu Qing Ming

Dan yang paling diwanti wanti oleh orang tua ku adalah pada malam puncak perayaan, kita tidak pernah dibolehkan untuk keluar ataupun beraktivitas diluar rumah pada malam hari karena saat itu dipercaya para arwah sedang keluar (pintu neraka dibuka) dan mereka akan “beraktivitas” bersama dengan kita.

Well, sebagai mantan jurnalis di media terkemuka, dan yang telah hidup lama di kota besar aku tentu tidak mempercayai akan semua hal tersebut, hingga pada suatu kali, beberapa tahun yang lampau, aku ditugaskan untuk kembali ke kota P, pada waktu perayaan puncak ceng beng dan meliput kegiatan disana.

Setelah tiba di bandara kota P, akhirnya kuputuskan untuk menyewa mobil untuk menemani perjalanan ku selama peliputan di kota P beberapa hari ini hingga semua liputan dan deadline ku terpenuhi.

Malam Arwah - Hungry Ghost Festival

Di sinilah, cerita ini dimulai, akhirnya setelah semua pengaturan, packing dan pengaturan charter mobil, penginapan dan sebagainya. Pagi harinya, sebelum makan pagi, aku menunggu Pak Asep driverku.

04.15, Pak Asep driver kami tiba, dan perjalanan kami pun dimulai, pertama tama kami singgah di jalan Gajah Mada untuk sarapan pagi dan setelah itu kami menuju Siantan untuk membeli bekal dan bahan makanan.

Pada saat makan, tiba tiba aku mendengar Aliong sang pemilik warung makan dan kedai kopi berkomentar sesuatu kepada anak buah nya, tanpa sadar aku mendengar nya.

Awalnya tidak ada yang aneh dari pesanan makanan itu, sang penelepon memesan makanan untuk porsi empat orang lengkap dengan alamat pengiriman yang ada di salah satu bilangan rumah di Siantan yang dekat dengan warung tempat Aliong berjualan. Maka setelah dibuat pesanan nya,

Anak buah sang pemilik akan pergi untuk mengantarkan pesanan makanan tersebut. Setelah makanan diantarkan, rupanya sang pemesan hanya mengulurkan tangannya saja dari balik pintu untuk memberikan uang kepada si pengantar, dan menyuruh si pengantar untuk menaruh makanannya di depan pintu.

Keanehan baru terjadi saat Aliong mulai menghitung uang yang masuk di meja kasir. Ia menemukan adanya tumpukan uang kertas yang biasa dibakar untuk orang yang sudah meninggal, uang kertas ini biasanya digunakan dalam upacara kematian di adat China. 

Awalnya Aliong sang pemilik kedai itu tidak mempermasalahkan penemuannya tersebut. Tapi lambat laun pesanan dari alamat yang sama kembali datang, dengan perintah yang sama untuk meletakan pesanan makanan di depan pintu rumah tersebut. Malamnya, ia kembali menemukan uang kertas itu di meja kasirnya.

Ia pun mengoceh dan mengumpat, “Puk*m*k lah, ini orang udah wa ga bisa tolerir, nanti wa kesana antar sendiri. Wa mau marahin dan tagih makanan selama ini dia orang pesan.”

Sambil makan aku hanya mendengar keluh kesah nya dan tidak menanggapi lebih jauh lagi.
Selepas dari Siantan, perjalanan terasa begitu lambat setelah melewati Wajok dan tujuan ku kali ini untuk meliput kegiatan Ceng Beng di Singkawang, 

Spoiler for Festival Ceng Beng
Tradisi turun temurun tersebut masih terus berlangsung, hingga saat ini. Hari itu di puncak ritual tahun, ada sebuah replika kapal yang dibakar dan sebagai simbol kendaraan yang digunakan para leluhur untuk kembali ke akhirat.

Berbagai sesaji turut dipersiapkan sebagai simbol bekal di perjalanan. Aneka sesaji tersebut di antaranya berupa buah-buahan, sayuran, uang kertas, dan aneka pernak-pernik khas lainnya. Kapal tersebut juga dilengkapi dengan replika patung berbagai karakter yang semuanya berbahan kertas, seperti patung nahkoda, awak kapal, dan kelompok pemusik.

Akhirnya sore menjelang malam, akupun memutuskan untuk pulang dan beristirahat 

dikarenakan hujan yang keliahatan akan turun dan langit sudah gelap,
Aku dan pak Asep pun menaiki mobil dan menuju kembali kota P, hujan turun

begitu lebat dan jalan yang licin, rombongan bus yang biasanya berseliweran sudah tidak kelihatan dan tersisa mobil kami di dalam jalanan yang sepi, kiri kanan yang kami lihat hanyalah hutan sawit ataupun lembah dan jurang, tiba tiba mobil berhenti dan mengambil putaran lain di jalur hutan, Pak Asep beralasan bahwa jalur hutan tersebut akan lebih cepat untuk sampai ke tujuan walaupun jalan alternatif

tersebut melewati hutan yang cukup seram kelihatannya apalagi di hujan lebat begini. Setelah menempuh perjalanan selama hampir 1 jam an, area didalam hutan cukup membuat pandangan mata terbatas, dan sore menjelang malam, hujan dan petir disertai angin kencang semakin lebat dan mulai banjir di jalanan, lengkap sudah.

Malam Arwah Dalam perjalanan, aku dan pak Asep saling bercerita mengenai kehidupan dan banyak hal untuk membuang rasa kantuk.

Samar samar di telinga ku sepanjang perjalanan aku mendengar suara dentingan Sape (alat musik khas suku Dayak. Dalam kesehariannya sape memiliki bahasa lokal yang artinya adalah memetik dengan jari). Di sepanjang perjalanan tadi, dimana awalnya aku mengira Pak Asep menyalakan radio tetapi ditengah hutan tidaklah mungkin ada sinyal radio,

Malam Arwah tiba tiba mobil kami melambat ditengah tengah hutan. Seakan akan medan yang kami lalui dipenuhi banyak lumpur sehingga mobil agak oleng kekanan kekiri karena licin, padahal jalan yang kami lalui masih jalan aspal walaupun di tengah hutan. Dan tiba tiba kunci pintu mobil yang dari tadi dalam posisi terkunci tiba-tiba terbuka sendiri. Aku yang duduk di samping kursi pengemudi langsung melihat ke Pak Asep yang sedang menyetir dan berusaha menstabilkan arah mobil.

Kami saling berpandangan karena tahu, tidak ada yang menyentuh kunci mobil. Pak Asep yang menyetir, kedua tangannya dari tadi memegang kemudi. Belum selesai keheranan kami, tiba-tiba kunci pintu mobil terkunci kembali dengan sendiri nya.

Kami semua mulai bingung dan takut tetapi mencoba berpikir positif. Mungkin ini masalah sambungan listrik mobil yang bermasalah, sehingga kunci pintu mobilnya bisa buka tutup sendiri. Untuk mengurangi rasa tegang, aku yang duduk disamping pak Asep (sopir) pun inisiatif memutar lagu.

Malam Arwah – Sound system mobil yang kami tumpangin ini tipe otomatis memutar lagu ketika kaset lagu dimasukan ke situ. Nah sound system ini terlihat seperti sedang memutar pita kaset tersebut. Lagunya random putar, dan lalu tiba-tiba berhentilah satu lagu. Lagu yang terdengar asing. Pak Asep  yang empunya kaset tersebut tidak merasa pernah memasukkan lagu itu ke dalam kaset rekamaman nya dia.

Lagu ini dibawa oleh seorang laki-laki. Lalu tiba-tiba sampai bagian reff, terdengar suara perempuan nyanyi. Kami semua sontak keringat dingin dan saling terdiam. Karena suara perempuan yang nyanyi itu lebih terdengar seperti berasal dari kursi penumpang di belakang daripada dari speaker mobil.
Aku terburu-buru langsung menutup audio mobil. Tetapi suara nyanyian tetap ada!

Lalu tiba-tiba sampai bagian reff, terdengar suara perempuan nyanyi. Kami semua sontak keringat dingin dan saling terdiam. Karena suara perempuan yang nyanyi itu lebih terdengar seperti berasal dari kursi penumpang di belakang daripada dari speaker mobil.
Aku terburu-buru langsung menutup audio mobil. Tetapi suara nyanyian tetap ada!

Saat itu jalanan sudah sangat sepi dan gelap karena kami sudah cukup jauh dari kota S. Selain itu. Kami seharusnya juga sudah hampir mencapai lokasi peristirahatan terdekat, tetapi dari tadi tidak ada kelihatan baik perumahan ataupun Pom bensin. Pak Asep yang panik langsung saja tancap gas. Aku juga panik. Di mobil kami terdiam. Biarpun mobil sudah melaju kencang, dan suara hujan badai begitu keras. Suara nyanyian masih terdengar, audio sudah di off tetapi kaset juga tidak mau keluar dari audio tersebut.

Dan tiba-tiba Pak Asep melihat tikungan tajam. Sontak pak Asep menginjak rem dan kami pun terpental di mobil cukup keras, beberapa barang bawaan meluncur kedepan. Ditengah jeritan kami mobil menghantam pagar pembatas jalan.

Mobil pun terhenti dan kami cukup syok. Pak Asep segera turun dan melihat kondisi mobil. Setelah beberapa saat beliau masuk dan berkata, “Mobil agak lecet dan penyok tapi kondisi mesin dan lampu semua ok, kita akan lanjutkan perjalanan ya.

Malam Arwah Akhirnya kami pun memutuskan untuk beristirahat dan mengisi perut di warung kopi . Tadi pagi yang kami singgahi, kami pun turun dan memesan makanan.

Malam Arwah – Saat itu tiba tiba aku mengingat kembali cerita dari sang empu nya warung Aliong. Mengenai kejadian yang dialami dan aku berinisiatif menanyakan perihal tersebut ke anak buah nya.

Sang anak buah pun bercerita kelanjutan peristiwa itu dan kami yang mendengar nya pun bergidik.

Aliong pun memutuskan untuk mengantarkan pesanan makanan itu secara langsung ke sana. Ketika ia mendapatkan pesanan makanan dari penelepon misterius itu.

Setelah mengantarkannya, dari balik celah pintu ia menerima uang pesanan tersebut dan tidaklah ada keanehan. Uang yang diterima merupakan uang asli, tapi anehnya uang itu kembali berubah menjadi uang kertas di malam hari nya. Kesal dan marah karena kejadian yang berulang. Akhirnya Aliong menghubungi polisi untuk melaporkan kejadian tersebut dan memberikan alamat pemesan makanan misterius itu.

Malam Arwah - Hungry Ghost Festival

Alangkah terkejutnya mereka ketika menemukan empat sosok mayat yang terbaring dilantai, saat mereka mendobrak pintu rumah itu. Setelah dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut, empat mayat yang mulai membusuk itu sudah meninggal sejak beberapa pekan yang lalu.

Para tetangga yang berada di dekat sana tidak curiga dengan rumah ini. Karena mereka selalu mendengar suara orang-orang dari dalam rumah itu dan keriuhan.

Bagian yang paling membuat Aliong sang pemilik shock. Di dalam tubuh empat mayat tersebut terdapat makanan yang selama ini dipesan dari kedai kopi tersebut, dalam keadaan baru dicerna. Tidak hanya itu, kepolisian juga menemukan sidik jari dari empat mayat itu dalam uang kertas tersebut.

Malam Arwah - Hungry Ghost Festival

Mendengar cerita itu aku pun segera menyuruh pak Asep untuk mengantarkan ku pulang. Karena aku pun teringat malam ini adalah puncak malam arwah!!

SUMBER : AGEN POKER

ADMIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *