Harry Kane Kangen Era Mauricio Pochettino di Tottenham

SUMO QQ LOUNGE – Gonta-ganti manajer dalam empat tahun terakhir tetap tidak membawa perubahan signifikan bagi Tottenham. The Lilywhites masih belum bisa memenangkan trofi, sama seperti di era Mauricio Pochettino.

Tottenham sempat cukup sabar terhadap Mauricio Pochettino untuk bisa menuntaskan dahaga klub akan sebuah trofi. Lima tahun menanti dari 2014 hingga 2019, trofi itu tidak kunjung datang.

Kesabaran Tottenham habis. Pochettino tidak lagi dipercaya menjadi manajer. Lalu Tottenham mulai mendatangkan sejumlah pelatih kelas dunia untuk meraih target tersebut.

Namun dari sejumlah pergantian manajer, kapten Harry Kane justru merasa Tottenham seperti kehilangan sesuatu. Ia tidak menampik bahwa dirinya merindukan masa-masa saat bersama Pochettino.

Salah Satu Momen Terbaik

Dalam wawancaranya dengan Sky Sports, Kane menyebut bahwa sebagian besar era Pochettino adalah yang terbaik baginya. Tottenham bisa bersaing di papan atas tanpa harus mengeluarkan banyak uang.

“Saya pikir kami punya tiga atau empat tahun yang bagus [bersama Pochettino]. Itu salah satu momen bagus bagi tim,” ucap dia.

“Kami bersaing di papan atas tanpa harus mengeluarkan banyak duit. Kami saat itu punya skuad dengan campuran pemain muda dan berpengalaman yang padu,” tambahnya.

Ada yang Hilang

SUMO QQ – Kane merasa ada sesuatu yang hilang di Tottenham setelah kepergian Pochettino, khususnya di musim 2022/2023. Richarlison dkk seperti kehilangan gairah.

“Saya rasa ada nilai-nilai di klub ini yang hilang dalam beberapa tahun terakhir. Sekarang kami harus mencari cara untuk bisa mengembalikan itu semua,” kata dia.

Harapannya, akhir musim nanti akan jadi refleksi bagi seluruh elemen tim. Tottenham harus segera mencari solusi bersama-sama jika tidak ingin terus berkubang dalam level yang medioker.

Memang Tidak Mudah

Sebagai pemain senior dengan masa bakti paling lama di klub, Kane sadar mengembalikan klub ke era Pochettino tidak akan mudah. Setiap musim punya tantangannya sendiri.

“Mustahil di sepak bola kita kembali ke masa-masa terbaik dengan hanya menjentikkan jari. Ya karena setiap musim dan setiap situasi itu berbeda,” katanya.

“Tetapi memang saya merasakan betul ada nilai-nilai yang kami pegang saat itu [era Pochettino]. Ada budaya di dalam klub yang akhirnya membuat kami bisa mencapai apa yang kami inginkan,” tutup dia.

ADMIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *