Fakta Biseksual Bukan sekadar Suka Dua Gender

6 Fakta Menarik Biseksual, Bukan sekadar Suka Dua Gender
Fakta Biseksual Bukan sekadar Suka Dua Gender

Website terbesar dan terpercaya Fakta Biseksual Bukan sekadar Suka Dua Gender Setiap tanggal 23 September merupakan perayaan Celebrate Bisexuality Day atau Hari Perayaan Biseksualitas. Mendengar kata “biseksual”, apa yang muncul dalam benakmu, Seseorang yang menyukai dua gender?

Benar Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mencatatkan makna serupa mengenai biseksualitas.

Bis eksualitas dapat di telusuri sejarahnya hingga abad ke-19. D ilansir Online Ety mology Dictionary, pada tahun 1824 , orang-o rang kala itu menyalahartikan bis eksualitas sebagai hermafrodit atau memiliki dua jenis kelamin. Hingga pada awal abad ke-20, tepatnya pada tahun 1914, artiannya berubah menjadi, “menyukai dua jenis kelamin.”

Minoritas di bawah minoritas


Fakta pertama mengenai biseksual adalah jumlahnya yang sedikit. Bisa d ibilang, dari minoritas lesbian, gay, b iseksual, dan transgender (LGBT), biseksual adalah yang jumlahnya paling kecil.

Hal ini di dukung oleh sebuah survei pada 2013 oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) terhadap 34.557 orang dewasa usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah tersebut, hanya 0,7 persen yang mengaku biseksual. Dari angka tersebut, sebanyak 0,4 persen adalah laki-laki dan sebanyak 0,9 persen perempuan.

Kesehatan orang yang biseksual tidak seprima mereka yang berorientasi seks homoseksual dan heteroseksual

Karena jumlahnya yang lebih minor daripada minoritas, mereka tidak di untungkan dalam segi faktor sosial ekonomi. Akibatnya, kesehatan mereka tidak begitu prima karena tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.

Tahun 2015, sebuah penelitian dari Departemen Psikologi Rice University di Texas, Amerika Serikat (AS), berjudul “A New Piece of the Puzzle: Sexual Orientation, Gender and Physical Health Status” mengatakan bahwa 19,5 persen laki-laki dan 18,5 persen perempuan biseksual mengaku memiliki tingkat kesehatan yang “lemah” hingga “menengah”.

Sigmund Freud: Semua orang sebenarnya memiliki sisi biseksual.

Bagi mahasiswa jurusan Psikologi, nama ini sering kali muncul. Ya, Sigmund Freud, pakar neurologi dan pencetus psikoanalisis dari Austria, mengatakan bahwa setiap orang sesungguhnya memiliki sedikit “sisi biseksual”.

Untuk seorang neurologi, Freud cukup vokal mengenai biseksualitas dan berpikiran cukup terbuka terhadap LGBT pada zamannya.

Beberapa orang menyangka biseksualitas adalah mitos

Sementara Freud mengatakan bahwa semua orang memiliki sedikit sisi bis eksual dalam di rinya, beberapa kalangan mengatakan bahwa sebenarnya biseksualitas adalah mitos belaka.

Menurut sebuah penelitian pada 2013 oleh University of Pittsburgh, AS, sekitar 15 persen dari 1.500 responden tidak percaya dengan sebutan “biseksual” sebagai orientasi seksual.

Kelompok biseksual sering kali di kucilkan oleh kelompok heteroseksual dan homoseksual

Dalam poin-poin sebelumnya, jelas bahwa kelompok biseksual menjadi “samsak” bagi kelompok heteroseksual dan homoseksual. Jadi, mengapa kelompok biseksual dikucilkan oleh kedua kelompok tersebut?

Dari berbagai sumber menyatakan bahwa hal itu karena keduanya menganggap kelompok biseksual sebagai kelompok yang “kebingungan”. Kelompok biseksual dianggap sedang mencoba menyortir perasaan mereka sebelum beranjak ke homoseksualitas atau ke heteroseksualitas di tengah usia-usia eksplorasi seksual mereka.

Kelompok biseksual lebih tertutup di banding kelompok homoseksual

Karena stigma dan marginalisasi oleh kedua kalangan orientasi seksual tersebut, kelompok biseksual lebih memilih untuk menutupi orientasi seksualnya.

Menurut sebuah survei oleh Pew Research Center pada tahun 2013, hanya sekitar 28 persen individu biseksual yang memberi tahu orientasi seksualnya kepada orang-orang terdekat. Angka tersebut berbanding jauh dengan kelompok homoseksual yang sebanyak 77 persen terbuka soal orientasi seksual mereka.

ADMIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *