Niki Lauda, Legenda F1 yang Mengubah Regulasi Keselamatan Balapan
Niki Lauda, Legenda F1 yang Mengubah Regulasi Keselamatan Balapan
Niki Lauda, Legenda F1 yang Mengubah Regulasi Keselamatan Balapan
SUMOQQ LOUNGE – Dalam sejarah Formula 1, ada salah satu peristiwa mengerikan yang membuat dunia balap geger. Agustus 1976 menjadi saksi sebuah momen mengenai pentingnya keselamatan dalam motorsport, yaitu kecelakaan fatal legenda F1, Niki Lauda, di Nuerburgring. Kala itu, diri nya membalap untuk Ferrari.
Selama kariernya, Lauda sendiri telah meraih juara dunia sebanyak tiga kali pada 1975, 1977, dan 1984. Selain prestasinya, ia juga di ingat karena kecelakaan yang meregang nyawanya. Kejadian tersebut menjadi tonggak awal perubahan dalam regulasi keselamatan balap. Tidak hanya di F1, tetapi juga di seluruh ajang balap internasional.
1. Niki Lauda khawatir akan keamanan sirkuit sebelum selip dan terbakar di Nuerburgring
Pada Agustus 1976, balapan GP Jerman di gelar di Sirkuit Nuerburgring, Jerman Barat. Sirkuit ini di kenal karena merupakan sirkuit terpanjang dalam sejarah Formula 1 dengan jarak mencapai 22,8 kilometer. Beberapa hari sebelum balapan, Niki Lauda, pembalap Ferrari, mengungkapkan kekhawatirannya tentang keamanan sirkuit. Pengalamannya selama bertahun-tahun membalap membuatnya paham mengenai bahaya yang mengintai di sirkuit ini.
Pada hari balapan, cuaca di Nuerburgring hujan deras. Para pembalap memulai balapan dengan ban basah. Namun, saat hujan mulai reda dan sirkuit mulai mengering, para pembalap melakukan pit stop untuk berganti ke ban kering. Lauda adalah salah satu pembalap yang melakukannya.
Saat Lauda keluar dari pit stop, ia berusaha untuk menyalip pembalap lain di tikungan tajam ke kanan. Namun, karena kondisi lintasan yang belum sepenuhnya kering, Lauda kehilangan kendali atas mobilnya. Mobil itu menabrak pagar pembatas dan terbakar.
2. Niki Lauda berhasil pulih dan kembali membalap 6 minggu usai kecelakaan
Kecelakaan Niki Lauda di Nuerburgring adalah salah satu kecelakaan paling mengerikan dalam sejarah Formula 1. Kecelakaan ini menyebabkan luka bakar tingkat tiga di kepala, wajah, dan tangannya. Selain itu, ia juga menderita kerusakan paru-paru dan pernapasan karena menghirup gas beracun saat terjebak di kokpit.
Pada awalnya, kondisi Lauda sangat kritis. Ia mengalami koma selama 29 hari. Namun, berkat perawatan yang intensif dan tekadnya yang kuat, diri nya berhasil pulih.
Setelah 6 minggu di rawat di rumah sakit, Lauda kembali mengendarai mobil F1. Ia tampil di GP Italia pada 12 September 1976. Lauda finis di urutan keempat meskipun masih dalam proses penyembuhan cedera.
Kembalinya Lauda ke ajang F1 merupakan momen yang luar biasa. Ia membuktikan bahwa manusia mampu bangkit dari keterpurukan. Meski, tentu, tidak semua bisa melakukannya.
3. Kecelakaan Niki Lauda membuat F1 dan FIA berpikir tentang meningkatkan keselamatan
Kecelakaan yang di alami Niki Lauda menunjukkan bahwa standar keselamatan di Formula 1 saat itu belum memadai. F1 dan FIA lalu terdorong untuk mengubah regulasi dan meningkatkan langkah-langkah keselamatan di semua sirkuit.
Peristiwa tragis tersebut juga mendorong para insinyur mobil F1 mengembangkan desain mobil dan perlengkapan tahan api. Salah satu pengembangan yang paling signifikan adalah penggunaan sabuk pengaman yang lebih kuat dan perlengkapan baju tahan api. Fasilitas medis di lintasan balap ikut di perbarui dengan penambahan ambulans, rumah sakit darurat, dan tim medis yang terlatih.
Kejadian ini menekankan pentingnya pelatihan keselamatan bagi para pembalap, marshall, dan orang-orang yang terlibat dalam balapan. Komunitas F1 sepakat untuk membuat olahraga ini lebih aman bagi semua orang yang terlibat. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi risiko yang terkait dengan balapan dan meningkatkan keselamatan yang berkelanjutan dalam olahraga balap kecepatan.
Kecelakaan Niki Lauda di Nuerburgring tetap menjadi salah satu titik balik paling signifikan dalam sejarah F1. Walau telah tiada, Lauda mampu meninggalkan warisan yang amat penting bagi keselamatan para pembalap di seluruh dunia.
