Jorge Martin Menentang Keterbukaan Data Ducati, Lebih Suka Tertutup!
Jorge Martin Menentang Keterbukaan Data Ducati, Lebih Suka Tertutup!
Jorge Martin Menentang Keterbukaan Data Ducati, Lebih Suka Tertutup!
SUMOQQ LOUNGE – MotoGP 2023 menyisakan dua seri. Pertarungan gelar juara dunia MotoGP 2023 mengerucut kepada dua pembalap Ducati, Francesco Bagnaia dan Jorge Martin. Meskipun begitu, kedua pembalap di muka berada di dua tim berbeda, Ducati Lenovo dan Prima Pramac Racing.
Menariknya, kondisi ini mengingatkan kepada pertarungan gelar juara dunia 2010 antara Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo. Dua penggawa Yamaha ini terlibat perang dingin di lintasan sampai garasi mereka di beri garis pembatas. Hal ini berkaitan dengan keterbukaan data motor.
Data pembalap di lintasan sangat penting untuk dipelajari dan sangat krusial. Pembalap dapat mengukur posisi kelemahan mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka dapat dengan segera mencari solusinya. Menariknya, bagi Ducati, para pembalap dapat mengakses data seluruh pembalap Ducati meski berbeda tim.
1. Keterbukaan data sudah jadi kebijakan Ducati di MotoGP
Motor Desmosedici GP mengalami perkembangan pesat beberapa musim terakhir. Delapan motor di starting grid membuat Ducati memiliki berbagai data yang di hasilkan para pembalap mereka di lintasan. Data-data tersebut tentu sangat membantu proyek pengembangan motor dan membuat pekerjaan para teknisi makin efektif. Mereka dapat membandingkan satu data dengan data lain.
Keterbukaan data di garasi membuat para pembalap dapat lebih mudah menentukan pengaturan terbaik untuk balapan. Meskipun memiliki gaya berkendara yang berbeda, pembalap dapat mempelajari data dari pembalap lain yang tentu akan sangat membantu mereka. Inilah yang menjadi kekuatan utama pasukan Borgo Panigale bertarung di MotoGP 2023.
2. Francesco Bagnaia tidak memusingkan masalah keterbukaan data
Menjelang akhir musim 2023, kedua pembalap tak boleh melakukan kesalahan karena akan berakibat sangat fatal. Terkait dengan keterbukaan data, Francesco Bagnaia tak mau mengambil pusing. Strategi yang di terapkan Ducati terkait data saat ini tak menganggu prosesnya bekerja di atas motor.
Menurut Bagnaia, para pembalap memiliki gaya membalap yang berbeda. Data-data yang dihasilkan tentu belum tentu relevan untuk diikuti. Cara masing-masing pembalap menghadapi situasi di lintasan akan disikapi dengan cara yang berbeda sesuai dengan karakter membalap mereka.
3. Jorge Martin lebih memilih tak berbagi data meski tidak bisa menghindari kebijakan
Ini berbeda dengan Jorge Martin. Saingan Francesco Bagnaia dalam perebutan titel juara MotoGP 2023 itu memilih untuk tidak membagikan data miliknya. Namun, karena kebijakan dan strategi pabrikan Ducati di garasi, ia mau tak mau harus tetap membuka data kepada pembalap lain.
Martin mengakui, secara individu lebih suka menutup data miliknya, sehingga tak ada pertukaran data antarpembalap. Kendati begitu, ia tak punya pilihan dengan regulasi yang telah ditetapkan Ducati. Di sisi lain, ia juga dapat memanfaatkan data lain sebaik mungkin.
“Memperebutkan gelar juara tentu tidak mudah. Anda tahu rival melihat dataku, tetapi aku juga melihat punya dia. Mari kita manfaatkan dengan baik,” pungkas Jorge Martin dikutip Crash.
Kebijakan Ducati terkait keterbukaan data tentu bermanfaat untuk proyek pengembangkan motor Ducati Desmosedici GP. Strategi ini cukup ampuh sehingga wajar jika Desmosedici GP dilabeli motor yang ramah bagi para pembalap karena proyek pengembangan berjalan mulus seiring dengan ketersediaan data yang melimpah. Tak hanya itu, strategi ini juga dirasa cukup efektif mengembangkan potensi pembalap yang ingin mencapai suatu level tertentu dengan mempelajari data milik pembalap terbaik di tim Borgo Panigale.