Dua Alat Penunjang Anak Lekas Bicara, Mitos Atau Budaya?

Dua Alat Penunjang Anak Lekas Bicara, Mitos Atau Budaya?

SumoQQLounge Dua Alat Penunjang Anak Lekas Bicara, Mitos Atau Budaya? Sesuatu peristiwa sebab akibat yang menjadi kebiasaan dan dilakukan secara berulang akan menghantarkan pada sebuah budaya, setelah itu budaya akan diwariskan, sehingga beralih nama menjadi warisan budaya.

Dua benda ini dinilai warga dusun Jatirejo, desa Kedunggudel, Ngawi Jawa Timur sebagai alat ajaib untuk membuat anak lekas bicara. Sang Simbah bernama Mbah Sumadi Putri, seorang sepuh pendatang dari klatah alias desa Banjarjo, Ngawi. SUMBER : AGEN POKER 

Penulis sendiri menghubungi langsung narasumber. Beliau mengatakan kalau tradisi ini adalah budaya turun-temurun dan memang secara medis dianggap sebuah mitos. Rangsangan oral pada saraf sensorik menapuk (baca; menepuk mulut dengan tangan atau alat lainnya) sebenarnya bentuk upaya untuk mengadaptasi budaya, dengan sebab ( baca ; penghormatan) pada hari Jumat yang merupakan hari terhormat bagi umat Islam. Alhasil budaya dapat dimaknai dengan bentuk ritual (baca ; akibat) ketika sesuatu dinilai pantas untuk dilakukan.

Bedug Jumat biasanya bertalu saat menjelang pelaksanaan sholat Jumat. Sholat yang wajib (baca ; harus) dilaksanakan oleh para lelaki, sementara para perempuan dihukumi sunnah (baca ; lebih baik dilakukan).

Dua alat penunjang anak lekas bicara yang menjadi budaya ini adalah :

1. Dua Alat Penunjang Anak Daun Sirih

Dua-Alat-Penunjang-Anak

Daun sirih kalau di daerah Ngawi dikenal dengan sebutan daun suruh. Daun yang memiliki fungsi antiseptik alami ini diklaim mampu menyemangati saraf penunjang anak lekas bicara.

2. Dua Alat Penunjang Anak Cincin Emas

Dua-Alat-Penunjang-Anak

Selain daun suruh yang ditabokkan pada pintu mulut, kini giliran cincin emas yang beralih peran. Cincin emas diasahkan (dikerik ; digerakkan naik turun secara menempel) pada lidah anak, harapannya sama, agar anak lekas bisa bicara.

Dalam pembelajaran penulis, banyak dokter atau praktisi kesehatan yang mengatakan kalau ini hanya mitos yang berkembang di masyarakat namun, sebuah budaya tidak akan dinamakan budaya kalau tidak dalam lingkup mitos juga, kan?

Zaman dan teknologi telah menelurkan dokter-dokter ahli dengan spesialisasi tertentu, sementara praktik dukun-dukunan mulai banyak ditinggalkan.

Secara medis dua benda di atas diklaim tidak steril dan berbahaya jika kejadian yang tidak diinginkan dapat terjadi, hemat Ane memang semua ada risikonya.

Dibaca juga : Artis Indonesia yang Terlibat Prostitusi Biasanya Jenis Skuter

ADMIN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *